Senin, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Oktober 2023 16:20 wib
4.128 views
Masalah Rumah Tangga, Bahan Ghibah Utama?
Oleh: Ameena N
Di dalam dunia pergosipan, ada satu topik yang paling ditunggu-tunggu. Ibaratnya, di antara semua topik, topik ini menempati posisi teratas. Apakah itu? Tak lain dan tak bukan adalah pembahasan tentang rumah tangga. Ya, mau baik atau tidak beritanya, tetap saja akan ditanggapi dengan julid oleh orang-orang yang doyan gosip ini. Karena faktanya, yang sering bergosip tentang ini adalah ibu-ibu yang sudah menikah bahkan punya anak, jadinya mereka seringkali mendadak menjadi seorang komentator atau coach bagi permasalahan rumah tangga orang lain. Pokoknya di mata mereka itu semua hal harus dikomentari. Dari hal yang paling kecil seperti pekerjaan suami orang apa, sampai ke permasalahan yang paling besar seperti ribut.
Kebanyakan dari orang-orang semacam ini bisa dipastikan bahwa mereka merasa bahwa kehidupan rumah tangga mereka itu kurang sempurna sehingga mencari-cari kecacatan dari rumah tangga orang lain. Tapi ada juga yang karena FOMO doang, alias di lingkungan tersebut karena banyak yang bergosip, jadi ikut bergosip juga, mumpung nggak ada kerjaan, kan?
Padahal sebenarnya, adanya masalah di dalam rumah tangga itu bukanlah hal yang tabu. Tidak perlu juga dijulidin seperti itu. Karena di circle-nya setan, setan yang dapat menggoda sepasang suami istri sampai mereka bercerai itu dinilai sebagai setan yang paling high level, naik jabatan. Jadi nggak aneh kalau sebuah rumah tangga itu pasti ada saja masalahnya. Bertengkar, itu normal. Belum punya anak padahal sudah menikah 5 tahun, itu normal. Kesusahan ekonomi, itu normal. Dan banyak lagi permasalahan rumah tangga yang normal dan tidak seharusnya dicampuri.
Dari Jabir berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya (untuk menggoda manusia dan menyesatkan mereka). Yang kedudukannya paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar godaannya (dalam menyesatan manusia). Salah satu di antara mereka datang lalu berkata, ‘Aku telah melakukan ini dan itu,’ (maksudnya menyuruh membunuh, mencuri, dan minum khamar, misalnya). Iblis pun menjawab, ‘Kau tidak melakukan apa pun.’ Hingga datanglah salah satu setan dan berkata kepada Iblis, ‘Aku tidak meninggalkan fulan hingga aku memisahkan antara dia dengan istrinya dan menjadikannya menceraikan istrinya.’ Nabi bersabda, “Kemudia Iblis mendekatkan setan itu kepada dirinya dan berkata, “Ya, engkau telah melakukannya.” Al-A’masy menyebutkan dalam riwayatnya, “Iblis berkata, ‘Tetaplah (menggodanya).’” (HR. Muslim).
‘Makanya jangan suka curhat masalah rumah tangga ke mana-mana, dong.’ Ya, tapi faktanya, semua gosip itu sembilan puluh persen bukan dari curhatan tapi asumsi. Contoh seperti, pagi-pagi melihat tetangga yang mukanya agak cemberut ketika menyiram tanaman, eh, langsung disimpulkan kalau sedang ribut. Padahal muka cemberut itu tidak selalu karena habis bertengkan, bukan? Bisa jadi karena tidak enak badan, atau sedih karena orang tuanya yang sakit tapi belum bisa jenguk karena jauh, dan banyak lagi kemungkinannya. Sudahlah su’udzon, menyebarkan yang tidak benar pula. Astaghfirullah, na’udzubillahi min dzalik.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.” (QS. Al-Hujurat: 12).
Sebaiknya, alih-alih sibuk menganalisa permasalahan rumah tangga orang, lebih baik introspeksi ke masalah rumah tangga sendiri. Ternyata masih banyak yang harus dibenahi. Atau jika ada yang bercerita tentang permasalahan rumah tangganya, alih-alih menyebarkannya sebagai bahan gosip, lebih baik juga saling menasehati dan mengambil pelajaran dari pengalaman masing-masing. Masalah ini serius. Gosip itu dosa, su’udzon itu dosa, dan menyebarkan apa yang tidak benar itu juga dosa.
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adab Al-Mufrad no. 592. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih).
Seperti peribahasa kita, “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.” Saking sibuknya mengomentari permasalahan orang lain sampai lupa menyelesaikan masalahnya sendiri. Nau’dzubillahi min dzalik. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!