Ahad, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 19 November 2023 21:23 wib
3.988 views
Agar Indonesia Tidak Menjadi Fatherless Country
Oleh : Euis Hamidah
Setiap tanggal 12 November, rakyat Indonesia memperingatinya sebagai hari Ayah atau dengan kata lain, Hari Ayah Nasional. Ayah adalah sosok laki-laki yang menyebabkan seorang individu lahir ke dunia. Seperti halnya seorang Ibu, ayah pun punya peran yang sangat besar bagi perkembangan ananda tercintanya.
Indonesia menjadi negera tiga terbesar yang kehilangan figur Ayah dalam pengasuhan anak atau dalam istilah lain disebut sebagai fatherless. Fatherless atau hilangnya figur ayah dalam pengasuhan ini dapat bermakna ganda. Fatherless dapat bermakna asli yaitu, tidak adanya sosok ayah dalam keluarga karena sudah kembali kepada Sang Mahakuasa, atau bermakna semu yaitu, tidak adanya kontribusi sosok ayah dalam pengasuhan anak.
Fenomena Fatherless yang bermakna semu biasanya terjadi karena sosok ayah sudah terlalu lelah berinteraksi di luar rumah seharian. Ayah begitu giat mencari kerja di luar untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan di rumah, belum lagi jika ayah merupakan sosok yang harus menanggung pula kebutuhan kedua orangtuanya. Hal ini menyebabkan sosok ayah bekerja sangat ekstra di luar sehingga ketika anak bermain di rumah, ayah sudah merasa keletihan dan enggan untuk bermain dengan anak. Atau yang lebih parahnya karena hubungan orang tua anak sudah selesai (bercerai) anak yang terkena imbasnya, yaitu kehilangan sosok ayah dalam hidupnya.
Fenomena fatherless ini sudah sepatutnya kita hindari sebagai seorang muslim. Karena dalam Islam, yang bertanggung jawab atas pendidikan dan pengasuhan anak bukan hanya Ibu, namun juga ayah. Jika ibu dipandang sebagai al umm madrasatul ulaa atau ibu sebagai madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya, maka perlu digaris bawahi bahwa seorang guru bekerja dan diawasi oleh seorang kepala sekolah. Dalam hal ini, ayah merupakan sosok kepala sekolahnya. Layaknya sekolah, maka pendidikan anak di rumah harus dirancang dengan sedemikian rupa dengan menghadirkan sosok kepala sekolah dan guru yang bersama-sama menetapkan arah dan tujuan pendidikan yang akan diterapkan di rumah. Sayangnya, pada saat ini tidak semua orang tua atau sosok ayah faham akan perannya sebagai kepala sekolah.
Peran seorang ayah dalam mendidik anak sangat begitu besar pengaruhnya. Dalam tinjauan psikologis, menurut Grimm- Wassil dalam Sri Muliati Abdullah (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) mengatakan bahwa ayah mempunyai pengaruh dalam beberapa khusus area perkembangan anak, yaitu :
- Ayah mengajarkan/mendorong kebebasan, dimana secara umum seorang yaha cenderung kurang protektif, mendorong eksplorasi dan pengambilan resiko, serta merupakan model anak dalam berperilaku agresif maupun asertif.
- Ayah meluaskan pandangan anak, ddimana ayah mengenalkan dunia luar melalui pekerjaan yang digelutinya.
- Ayah merupakan pendisiplin yang tegas, dengan hanya memberi sedikit pemakluman dan cenderung menuntut banyakk dari anak-anaknya untu setiap tahapnya.
- Ayah merupakan suri teladan (role model) laki-laki.
Selain itu, dampak pengasuhan ayah terhadap anaknya juga berbeda. Sebagaimana yang dilansir dalam HaiBunda.com terdapat 7 dampak psikologis anak laki-laki dan perempuan yang dekat dengan ayahnya. Dampak psikologis anak laki-laki dekat dengan ayah diantarnya :
- Perkembangan emosi, anak akan meniru sosok ayah sebagai seorang panutan (role model) dalam membuat sebuah aturan.
- Ayah sebagai panutan ketika dewasa, karakter ayah yang diperlihatkan dalam pengasuhan akan mempengaruhi karakter anak ketika dewasa.
- Merasa lebih dicintai, anak laki-laki yang memiliki pengasuhan yang lengkap akan menjadi anak yang bahagia dan sehat serta memiliki harga diri yang tinggi.
- Memberikan perspektif yang berbeda, anak laki-laki secara naluriah memiliki semangat ingin tahu yang tinggi. Hubungan orang tua dan anak yang aktif akan membangun daya pikir anak yang kreatif dan mampu memecahkan masalah.
- Mandiri dan kontrol diri, anak laki-laki yang dekat dengan ayah ketika remaja kelak akan menjadi lebih mandiri dan berhasil mengontorl diri di tengah kebebasan yang ingin digapai di usia pemud.
- Anak lebih menghargai waktu. Interaksi anak dan ayah yang berkualitas akan membuat anak lebih menghargai waktu.
- Menghindari konflik, anak yang dekat dengan orang tuanya akan memiliki rasa hormat dan sebisa mungkin menghindari konflik yang akan terjadi.
Dampak psikologis anak perempuan dekat dengan ayahnya diantaranya :
- Meningkatkan kesehatan mental, anak permpuan yang memiliki hubungan yang harmonis dengan ayahnya memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
- Berdampak pada hubungan romantis, sosok ayah yang dekat dengan anak perempuannya akan menjadi tolak ukur anak ketiika mencari pasangan hidupnya kelak.
- Berpengaruh pada harga diri, anak yang dekat dengan ayahnya memiliki dampak yang siginifikan pada cara yang akan dilakukan anak ketika ia hidup dengan kesepian dan ganguan kesehatan mental (kecemasan dan keputusasaan).
- Lebih baik dalam bidang akademik, ketika sosok ayah terlibat dalam pengasuhan anak, anak perempuan memiliki peluang lebih baik untuk berhasil dalam hal akademik di sekolah.
- Lebih sedikit masalah citra tubuh
- Lebih mengambil resiko, anak perempuan yang dekat dengan ayahnya cenderung senang mengambil resiko dan memiliki jiwa petualangan yang tingi.
- Berdampak pada kemampuan komunikasi, kedekatakan yang dimiliki oleh ayah dan anak perempuannya dapat berdampak signifikan pada kontak sosial (interaksi sosial) anak dengan lingkungannya.
Selain peran ayah yang ditinjau dari segi psikologis, sebagai seorang muslim tentu saja kita harus memahami peran ayah dalam segi Islam. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Airifin dalam sebuah Tesis yang berjudul “Peran Ayah Dalam Pendidikan Anak (Studi Analisis Dalam Buku “Ayahku” Karya Hamka)” karya Annas Nur Fahmi menyatakan bahwa peran ayah dalam segi Islam adalah sebagai berikut :
- Peran ayah sebagai pemimpin (Leader) dalam keluarga. Dimana seorang pemimpin (ayah) memiliki tugas untuk membimbing dan mengarahkan anggota keluarganya (anak dan istri) ke jalan kebaikan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Qs. At-Tahrim (66) ayat 6 yang memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk memelihara diri sendiri dan keluarga dari api neraka.
- Peran ayah sebagai penyedia kebutuhan ekonomi (Economic Provider), sebagaimana yang tercantum dalam Qs. Al-Baqarah (2) ayat 233 yang menyatakan bahwa kewajiban ayah adalah menanggung nafkah keluarga.
- Peran ayah sebagai Pelindung (Protector), sebagaimana yang tercantum dalam QS. An-Nisa (4) ayat 9 yang melarang orang tua (ayah) meninggalkan keturunannya dalam kondisi yang lemah, baik itu lemah secara ekonomi, fisik apalagi agama.
- Peran ayah sebagai pendidik (Educator), sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Jumu’ah ayat 2 yang menekankan pada tanggung jawab seorang ayah untukmenjadi pendidik yang mendidik anaknya menjadi pribadi yang baik.
Maa syaa Allah, begitu banyaknya peran seorang ayah bagi perkembangan anak kedepannya. Tahukah kamu? Meskipun Rasulullah SAW sudah kehilangan sosok ayahnya secara fisik sejak usia dalam kandungan, tetapi laki-laki dewasa sekitarnya tetap menjalankan peran ayah dalam mendidik Rasulullah SAW dimulai dari kakeknya, Abdul Muthalib hingga pamannya, Abu Thalib. Jadi, meskipun Rasulullah SAW menjadi seorang yatim sejak lahir, tetapi tugas dan peran seorang ayah tetap hadir dalam pengasuhan Muhammad kecil. Sehingga ketika dewasa, Rasulullah sudah sangat siap diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul terakhir.
So, yuk para ayah! Kita dampingi ananda tercinta dalam setiap masa perkembangannya. Sesibuk apapun kegiatanmu di luar, selelah apapun dirimu ketika pulang ke rumah, tetaplah luangkan waktu untuk bermain sekaligus memberikan tadrib kepada anak walaupun hanya sebentar saja. Semua ini bukan hanya tentang panjangnya waktu yang di luangkan bagi anak, tetapi juga tentang seberapa bermaknanya proses interaksi antara ayah dan anak agar kelak anak menjadi sosok yang sholih dan sholiha sesuai harapan kedua orang tua. Wallahu a’lam bishshowab. (rf/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!